لا يكلف الله نفسا إلاوسعها

Senin, 18 April 2011

Ardiyanto Pranata


Jl. Magelang Km 5,8 Sleman INDONESIA
telp: +62-274-562777
Seni dan batik tidak bisa dilepakan dari diri seorang Ardiyanto. Ardiyanto Pranata  nama lengkapnya, adalah seorang seniman lukis, batik dan perancang busana. Laki-laki yang sudah menginjak umur 61 tahun ini telah berjasa dalam bidang seni dan batik atau juga seni batik yang mulai memudar di Indonesia ini.
Pendidikan terakhir beliau adalah S3 Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, selain itu juga pernah mengikuti Kursus Ikebana di Yogyakarta (1966-1969), Graphic Design Training di Amsterdam (1992), Workshop Batik on Wool di Yogyakarta (1997), Printmaking Workshop di Darwin (Australia) tahun 1997&1998.
Kecintaannnya atas batik membuat dia tergerak mendirikan perusahaan PT Ardiyanto Wijayakusuma Batik Yogyakarta tahun 1972. Dengan galeri ini, sejak tahun 1972 sampai sekarang sering mengunjungi berbagai pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Dari perjanalanannya itu dia selalu belajar dari orang yang berpotensi, lalu meresapkannya sehingga menimbulkan inspirasi untuk membuat sesuatu yang lain dan baru. Dia menyadari bahwa mengembangkan batik adalah suatu tanggung jawab karena batik sendiri sudah mulai ditinggalkan.
Dia pernah memperoleh anugerah seni dari Gubernur DI Yogyakarta tahun 1999 dan UPAKARTI dari pemerintah RI tahun 1992. Disamping mengembangkan batik, dia juga melukis; menjadi juri dalam berbagai kontes khusunya dalam hal batik; pembicara atau pelaku workshop; konsultan seni dan dekorasi, untuk konferensi internasional tentang seni dan pariwisata; perancang busana; dan dosen di ISI Yogyakarta.

Mencintai Kekayaan Tradisi Melalui Ardiyanto Gallery

Di tepi Jalan Magelang Yogyakarta, diantara hiruk pikuk keramaian bisnis, berdiri sebuah galeri seni. Bila tidak ada sebuah papan penunjuk di depannya, bangunan itu sudah tenggelam di tengah keramaian.

Berdiri di tengah keramaian Jalan Magelang, Ardiyanto Gallery, tampak sejuk di bawah rimbunnya pepohonan. Bagi Anda yang belum pernah berkunjung, sempatkanlah waktu luang Anda untuk menengok tempat ini. Terletak di Jalan Magelang Km 5,8, Ardiyanto Gallery mudah dijangkau. Terlebih, Jalan Magelang merupakan Jalan penghubung antara Yogyakarta – Magelang, sehingga merupakan jalan yang ramai.
Tidak seperti bangunan di sekitarnya, Ardiyanto Gallery tidak menampakkan gairah bisnisnya. Memasuki tempat ini serasa dibawa ke suasana pedesaan yang asri. Berada di dalamnya, kita lupa bila tengah berada di tengah perkotaan. Begitu memasuki gerbang depan, kita disambut oleh rindangnya pepohonan. Di bagian depan terdapat sebuah pendopo kecil. Pendopo ini biasa digunakan untuk transit bila ada tamu rombongan. Masuk lebih dalam kita disambut oleh Pendopo Dalam. Keindahan arsitektur Pendopo Dalam akan membuai kita hingga berdecak kagum. Sebuah ukiran kayu di bagian atap pendopo kokoh berdiri. Ukiran ini berusia lebih dari 300 tahun.
Usai menikmati keindahan Pendopo Dalam, kita dapat mengunjungi Gallery yang ada di dalamnya. Kunjungan pertama dimulai dengan Gallery Batik. Di Gallery ini terdapat koleksi-koleksi batik karya Ardiyanto Gallery. Aneka motif batik terdapat di ruang ini. Begitu pula dengan teknik pembuatannya. Ada batik cap dan batik tulis. Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas batiknya. Batik koleksi Ardiyanto Gallery dijamin tidak akan dijumpai di tempat produksi batik lainnya.
Melangkah meninggalkan Gallery Batik, kita diajak untuk menikmati koleksi benda-benda antik milik Ardiyanto Gallery. Ardiyanto memang gemar mengoleksi benda-benda kuno maupun antik. Bahkan, perburuan Ardiyanto demi mendapatkan barang antik merambah hingga ke penjuru dunia. Kegemaran Ardiyanto ini kini diteruskan oleh Sinta, putrinya. Gallery benda-benda antik dibagi menjadi tiga ruang, yaitu ruang primitif, ruang porselen, dan ruang patung.
Di ruang primitif, kita akan menjumpai aneka koleksi benda-benda kuno yang merupakan khas dari berbagai suku bangsa di dunia. Salah satunya adalah Topeng Suku Yaruba. Topeng ini diperoleh Sinta dari Afrika. Di negara asalnya, topeng ini digunakan untuk ritual. Selain Topeng Yaruba, masih terdapat aneka koleksi lainnya. Termasuk yang berasal dari Indonesia.
Ruang yang kedua, yaitu ruang porselen, kita akan menjumpai aneka guci dan barang porselen lainnya. Koleksi ini juga diperoleh dari hasil perburuan hingga mancanegara. Sementara, ruang yang ketiga, yaitu ruang patung, berisikan patung-patung yang juga diperoleh hingga merambah mancanegara. Koleksi patung didominasi oleh patung-patung Budha. Selain itu, terdapat pula koleksi tiara-tiara perkawinan dari seluruh Indonesia. Di ruang patung ini terdapat pula seperangkat meja makan yang biasa digunakan untuk dinner. Hanya saja, biasanya dinner ini diselenggarakan untuk menjamu tamu pribadi.
Seluruh koleksi Ardiyanto Gallery adalah benda asli. Kegemaran mengumpulkan benda-benda antik ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Hingga saat ini sudah terdapat kurang lebih 7000 koleksi. Ardiyanto dan Sinta memang tergila-gila mengumpulkan benda-benda kuno. Dituturkan Sinta, awalnya ayahnya adalah seorang penjual benda antik. Karena lama-lama mulai menyukai benda-benda tersebut, akhirnya barang dagangan tersebut justru menjadi koleksinya.
Sebenarnya, nama Ardiyanto lebih melekat pada batik dibandingkan dengan kegemarannya tersebut. Saat ini, Ardiyanto diakui menjadi salah satu maestro Batik Jawa. Batik karya Ardiyanto memang terkenal hingga mancanegara. Bagi Anda yang ingin melihat langsung proses pembuatan batik Ardiyanto, Anda dapat melihat langsung di Ardiyanto Gallery .
Mencintai tradisi Indonesia, terutama batik memang harus dimulai dari diri sendiri. Ardiyanto sudah menunjukkan kepada kita betapa kayanya tradisi Indonesia. Jadi, tunggu apa lagi? Mengunjungi Ardiyanto Gallery sambil memupuk kecintaan pada tradisi Indonesia jangan ditunda lagi. ■

TERNYATA USAHA JAWANISASI DILAKUKAN LEWAT DESAIN BATIK

Meskipun denyut pemulihan industri tekstil sudah mulai terasa saat ini, para ahli batik dan desainer tekstil Indonesia sangat prihatin dengan proses pemiskinan dan penyempitan corak atau desain beragam batik dari berbagai daerah di Indonesia.

Pemiskinan dan penyempitan pertumbuhan desain, terutama dipicu oleh proses “Jawanisasi” dalam desain, serta eksploatasi terhadap desain lama, sehingga beragam corak daerah yang memiliki kekuatan keunikan hilang karena masuknya unsur-unsur desain, teknik pembuatan, dan selera batik Jawa.

“Sudah sangat sering saya lontarkan keprihatinan saya ini ke berbagai tempat, memang ada proses ‘Jawanisasi’ dalam desain yang sesungguhnya justru merusak desain-desain dari berbagai daerah. Cuma kegelisahan seperti ini ternyata tidak jadi kegelisahan nasional. Padahal kesalahan seperti ini kemudian jadi kejahatan dalam kesenian yang tidak disadari,” kata Ardiyanto Pranata (55) desainer batik dan tekstil terkenal dari Yogyakarta kepada Kompas, Kamis (27/10) petang. Keluhan seperti itu, katanya, mulai dirasakan oleh beberapa rekannya sesama desainer namun sulit mengajak semua pihak mengatasinya.

Instruktur desain tekstil dan batik pada Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Kesenian Yogyakarta itu terus terang mengemukakan, Indonesia bukan hanya Pulau Jawa. Batik Indonesia bukan cuma batik Jawa. Berbagai daerah di Indonesia sebenarnya memiliki corak sendiri dan jumlahnya luar biasa besar.

“Saya beruntung mendapat pesanan untuk mengembangkan desain-desain batik Sulawesi Selatan. Tetapi saya tahu persis, tidak akan saya masukkan unsur-unsur cecek atau isen-isen (dua teknik membatik asal Jawa) pada batik Sulawesi. Desain dan pola-pola yang ada itulah yang akan saya angkat kembali, dan kita ciptakan dalam wujudnya yang baru tanpa menghubungkan dengan teknik pembuatan Jawa. Ini pasti akan menimbulkan kekuatan baru, dan Anda akan heran kalau ini serius ditangani dan ada tenaga-tenaga di daerah, dalam lima-sepuluh tahun lagi akan panen desain batik daerah yang elok,” kata Ardiyanto.

Ardiyanto Pranata menunjukkan puluhan desain (corak) batik klasik Jambi, Bengkulu, Pekanbaru, Manado, dan Sulawesi Selatan sempat mengalami kemunduran desain justru karena campur tangan dan masuknya unsur-unsur asing yang membuat semua batik kita menjadi berselera Jawa. Padahal ciri batik Jawa yang ber-soga, coklat kehitaman, dan simbol-simbol yang termuat dalam desain-desainnya, tidak bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan pakaian. Inilah sebabnya, sejumlah desain batik klasik maupun desain yang dianggap baru mengalami kejenuhan pasar
Pengusaha Batik
Ipoh, Malaysia
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#2
Sep 30, 2009
 
SAMBUNGAN

Ardiyanto yang selama ini dikenal sebagai desainer kain, desainer pakaian serta produsen tekstil mengemukakan, batik Jawa bukannya jelek, tetapi jika kita mengulang-ulang desain yang ada, pasarnya terbatas dan penggunaan corak itu pun terbatas. Tetapi jangan lalu membawa tukang-tukang batik Jawa ke Kalimantan, Jambi, atau Sulawesi Selatan dan mereka diminta meniru atau menangani desain batik setempat. Cara-cara yang banyak dilakukan desainer baru dan para istri pejabat itu, dianggap sebagai “kejahatan kultur” yang sangat merugikan keaslian desain dan spirit senirupa daerah.

Beberapa kendala
Kendala lain yang dilihat Ardiyanto ialah tebatasnya jumlah desainer (corak kain) yang benar-benar memahami keberagaman budaya daerah, maupun minimnya sekolah atau studio-studio tekstil, batik, dan kain yang secara khusus mendalami dan mendidik tenaga-tenaga baru.

“Karena tidak mendalami sungguh-sungguh, pada saat akan membuat desain larinya ke motif-motif lama yang mereka ambil dari buku-buku. Pada saat mereka harus go international mereka tidak punya apa-apa karena desain yang ada sudah dicontoh di mana-mana, bahkan desain parang dari Jawa misalnya sudah dipatenkan jadi milik sebuah negara Eropa,” kata Ardiyanto menunjukkan kelemahan kultur komunal kita menghadapi budaya modern hak paten.

Ketidaksiapan lain, karena tidak adanya institusi atau balai kajian batik yang bisa mengkader desainer baru. Kalau industri batik/tekstil hanya mengandalkan pabrik, perusahaan itu akan ambruk, karena tak terserap pasar. Padahal pabrik harus memiliki tenaga desain, peka dengan trend warna, trend bahan, maupun mengkombinasikannya dengan teknik pembuatan tekstil seperti makrame (seni rajutan), bordir, sulam, maupun jumputan.

MENURUT BELIAU INI MERUPAKAN SATU "KEJAHATAN KULTUR"

Ardiyanto Pranata


Jl. Magelang Km 5,8 Sleman INDONESIA
telp: +62-274-562777
Seni dan batik tidak bisa dilepakan dari diri seorang Ardiyanto. Ardiyanto Pranata  nama lengkapnya, adalah seorang seniman lukis, batik dan perancang busana. Laki-laki yang sudah menginjak umur 61 tahun ini telah berjasa dalam bidang seni dan batik atau juga seni batik yang mulai memudar di Indonesia ini.
Pendidikan terakhir beliau adalah S3 Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, selain itu juga pernah mengikuti Kursus Ikebana di Yogyakarta (1966-1969), Graphic Design Training di Amsterdam (1992), Workshop Batik on Wool di Yogyakarta (1997), Printmaking Workshop di Darwin (Australia) tahun 1997&1998.
Kecintaannnya atas batik membuat dia tergerak mendirikan perusahaan PT Ardiyanto Wijayakusuma Batik Yogyakarta tahun 1972. Dengan galeri ini, sejak tahun 1972 sampai sekarang sering mengunjungi berbagai pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Dari perjanalanannya itu dia selalu belajar dari orang yang berpotensi, lalu meresapkannya sehingga menimbulkan inspirasi untuk membuat sesuatu yang lain dan baru. Dia menyadari bahwa mengembangkan batik adalah suatu tanggung jawab karena batik sendiri sudah mulai ditinggalkan.
Dia pernah memperoleh anugerah seni dari Gubernur DI Yogyakarta tahun 1999 dan UPAKARTI dari pemerintah RI tahun 1992. Disamping mengembangkan batik, dia juga melukis; menjadi juri dalam berbagai kontes khusunya dalam hal batik; pembicara atau pelaku workshop; konsultan seni dan dekorasi, untuk konferensi internasional tentang seni dan pariwisata; perancang busana; dan dosen di ISI Yogyakarta.

KELUARGAKU

Aku Dan Keluargaku