Contoh Azimah
‘Azimah pada saat disebutkan secara mutlak
memiliki empat bentuk:
1.
Hal-hal yang disyariatkan sejak
permulaan untuk kepentingan manusia secara umum. Seperti ibadah, muamalat,
jinayat (hukum pidana) dan seluruh hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah
kepada hamba-Nya untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ini adalah bagian
terbesar dari hukum-hukum yang ada.
2.
Hal-hal yang disyariatkan dari suatu
hukum karena sebab tertentu, seperti diharamkannya mencaci sekutu dan
sesembahan yang disembah selain Allah disebabkan karena cacian kaum musyrikin
terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
yang artinya, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan…” (Al-An’am:108)
3.
Apa-apa yang disyariatkan dari hukum
yang menjadi nasikh (penghapus) bagi hukum yang sebelumnya. Hukum yang mansukh
(dihapus) seakan tidak ada dan hukum yang nasikh (penghapus) adalah ‘azimah.
Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya , “…Maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram…” (Al-Baqarah:144) Ayat ini menjelaskan bahwa ia menghapus
mengarahkan wajah ke Baitul Maqdis, dan menyuruh untuk memalingkan wajah dalam
shalat ke Ka’bah.
4.
Perkara yang menjadi pengecualian
dari suatu perintah yang ditetapkan dan bersifat umum. Contohnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya, “…Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau
keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah…”
(Al-Baqarah:229)
Allah
telah mengharamkan suami untuk mengambil apa yang telah dibayarkan dari mahar
kepada istrinya. Kemudian ayat ini memberikan pengecualian yaitu pada saat
keadaan tidak dapat disatukan dan tujuan pernikahan tidak tercapai, Allah
membolehkan suami mengambil harta dari istrinya sebagai tanda mentalak istrinya
dan memutuskan hubungan perkawinan antara keduanya, itulah yang disebut dengan
al-Khal’u .
Contoh rukhshoh :
1.
Orang yang terpaksa oleh
keadaan yang sangat mendesak sehingga sesuatu yang haram dihalalkan bagi orang
tersebut :
Firman Allah SWT.
$tBur öNä3s9 wr& (#qè=à2ù's? $£JÏB tÏ.è ÞOó$# «!$# Ïmøn=tã ôs%ur @¢Ásù Nä3s9 $¨B tP§ym öNä3øn=tæ wÎ) $tB óOè?öÌäÜôÊ$# Ïmøs9Î) 3 ¨bÎ)ur #ZÏWx. tbq=ÅÒã©9 OÎgͬ!#uq÷dr'Î/ ÎötóÎ/ AOù=Ïæ 3 ¨bÎ) /u uqèd ÞOn=÷ær& tûïÏtG÷èßJø9$$Î/ ÇÊÊÒÈ
“Mengapa kamu tidak mau memakan
(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya
kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan
hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”
$yJ¯RÎ) tP§ym ãNà6øn=tæ sptGøyJø9$# tP¤$!$#ur zNóss9ur ÍÌYÏø9$# !$tBur ¨@Ïdé& ¾ÏmÎ/ ÎötóÏ9 «!$# ( Ç`yJsù §äÜôÊ$# uöxî 8ø$t/ wur 7$tã Ixsù zNøOÎ) Ïmøn=tã 4 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî íOÏm§ ÇÊÐÌÈ
“ Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan
terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
`tB txÿ2 «!$$Î/ .`ÏB Ï÷èt/ ÿ¾ÏmÏZ»yJÎ) wÎ) ô`tB onÌò2é& ¼çmç6ù=s%ur BûÈõyJôÜãB Ç`»yJM}$$Î/ `Å3»s9ur `¨B yyu° Ìøÿä3ø9$$Î/ #Yô|¹ óOÎgøn=yèsù Ò=Òxî ÆÏiB «!$# óOßgs9ur ëU#xtã ÒOÏàtã ÇÊÉÏÈ
“ Barangsiapa yang kafir kepada
Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa),
akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan
Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”
2.
Pembolehan
meninggalkan kewajiban
$YB$r& ;Nºyrß÷è¨B 4 `yJsù c%x. Nä3ZÏB $³ÒÍ£D ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 4 n?tãur úïÏ%©!$# ¼çmtRqà)ÏÜã ×ptôÏù ãP$yèsÛ &ûüÅ3ó¡ÏB ( `yJsù tí§qsÜs? #Zöyz uqßgsù ×öyz ¼ã&©! 4 br&ur (#qãBqÝÁs? ×öyz öNà6©9 ( bÎ) óOçFZä. tbqßJn=÷ès? ÇÊÑÍÈ
“ (yaitu) dalam beberapa hari
yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.”
#sÎ)ur ÷Läêö/uÑ Îû ÇÚöF{$# }§øn=sù ö/ä3øn=tæ îy$uZã_ br& (#rçÝÇø)s? z`ÏB Ío4qn=¢Á9$# ÷bÎ) ÷LäêøÿÅz br& ãNä3uZÏFøÿt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. 4 ¨bÎ) tûïÍÏÿ»s3ø9$# (#qçR%x. ö/ä3s9 #xrßtã $YZÎ7B ÇÊÉÊÈ
101. dan apabila kamu bepergian
di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-qashar[343] sembahyang(mu), jika
kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu.
[343] Menurut Pendapat jumhur arti qashar di sini
Ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini
ada kalanya dengan mengurangi jumlah rakaat dari 4 menjadi 2, Yaitu di waktu bepergian
dalam Keadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2
rakaat itu, Yaitu di waktu dalam perjalanan dalam Keadaan khauf. dan ada
kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4 rakaat dalam Keadaan khauf di waktu
hadhar.
3.
Rukhshoh
karena penghapusan hokum oleh Allah
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pkön=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY/u w !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY/u wur ö@ÏJóss? !$uZøn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã úïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ/u wur $oYù=ÏdJysè? $tB w sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù n?tã ÏQöqs)ø9$# úïÍÏÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ
“ Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami
lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar